Kamis, 05 November 2015

PENYAKIT INFEKSI “GONOREA”


PENYAKIT INFEKSI
GONOREA”

             Dalam bagian ini dibicarakan penyakit-penyakit kelamin klasik dan tuberkulosis genital. Tergolong sebagai penyakit-penyakit klasik ialah gonorea, sifilis, ulkus molle, granuloma venereum, dan limfogranuloma inguinale, walaupun sekarang diketahui bahwa ada penyakit-penyakit lain, yang penularannya terutama terjadi sebagai akibat hubungan seksual minsalnya infeksi HIV dan AIDS dan lain-lain.
Pada tahun 1879 Neisser menemukan kuman yang menyebabkan penyakit Gonorea.
Gonorea adalah suatu penyakit kelamin yang sangat umum,  semua infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae. N. Gonorrhoeae di bawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 µm dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat Gram negatif, tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan pada suhu di atas 39 ®C, dan tidak tahan zat desinfektan. 

               Kuman ini mudah di warnai dengan mentilen biru alkalis dari loeffler, dengan karbol-fukhsin yang dicairkan, dan dengan pironin (zat methil-pironin dari panpenheim). Burdo menganjurkan agar-agar darah coklat yang dipanaskan sebagai medium pembiakan yang baik untuk gonokokus. Gonokokus adalah parasit yang tidak dapat hidup dalam segala macam keadaan, dan kuman ini hanya patogen terhadap manusia. Gonokokus menyerang selaput mukosa, terutama yang mempunyai epitel torak, sendi, endokard, epitel tatah konjunktiva, epitel vagina pada wanita belum dewasa dan yang tua mudah diserang gonokokus.
Pada tahun 1832 Ricord membuktikan bahwa gonorea bukan suatu jenis sifilis yang ringan, melainkan suatu penyakit  infeksi yang berdiri sendiri dan mempunyai perbedaan fundamental dari penyakit sifilis.
Penyakit dijumpai di seluruh penjuru dunia. Diperkirakan bahwa dewasa ini di Amerika Serikat terdapat lebih dari 3 juta kasus baru tiap tahun. Kejadian penyakit gonorea terutama tergantung pada banyaknya prostitusi dan kebebasan hubungan seksual di luar perkawinan di negeri yang bersangkutan.
Patologi

               Infeksi genital pada wanita biasanya terjadi dengan jalan bersetubuh, dan jarang sekali dengan cara lain. Vulvovaginitis gonoroika pada anak-anak perempuan terjadi lewat tangan, handuk dan sebagainya, dari orang yang menderita gonorea. Masa inkubasi berbeda-beda yaitu beberapa jam sampai 2 atau 3 hari.
Urethra, kelenjar skene, kelenjar bartholini dan servik biasanya adalah bagian dari alat genetal yang pertama-tama kena infeksi. Pada infeksi mukosa orifisium urethra eksternum dan jaringan sekitarnya menjadi merah dan membengkak. Nanah dapat dikeluarkan  dengan tekanan jari dari atas ke bawah pada urethra. Kelenjar skene dapat ikut terlibat dan dari salurannya dapat di keluarkan nanah, pembentukan abses kadang-kadang terjadi.  Pada kelenjar skene muaranya dapat dikelilingi oleh areola  yang merah (makula gonorea dari sanger). Saluran glandula bartholini dapat terkena radang pula,  sedang kelenjar sendiri tidak selalu ikut serta. Saluran-salurannya dapat tetap terbuka atau hdapt tersumbat karena pembengkakan dan perlekatan, dan kelenjar dapat berubah menjadi abses. Abses ini dapat pecah secara spontan atau dapat berubah menjadi kista.
Vagina hanya mudah kena infeksi gonorea pada anak-anak, pada wanita hamil, dan pada wanita sesudah menopause. Pada wanita masa reproduksi yang tidak hamil vagina kebal terhadap gonorea oleh karena epitel tatah yang menebal dan oleh karena kuatnya pertahanan biologiknya.

Gambaran klinik

              Gejala klinik infeksi gonorea yang akut adalah perasaan sakit sewaktu kencing dan sering kencing, gatal pada vulva, sekret yang purulen dari urethra, kelenjarpara-urethralis, dan kelenjar bartholini dan sekresi yang mukopurulen dari serviks. Juga dijumpai kasus-kasus dimana gejal;a-gejalanya sama sekali tidak ada, atau tanda-tanda radang tidak seberapa menonjol.  Rasa nyeri yang tidak seberapa nyata pada bagian bawah perut, demem yang tidak seberapa tinggi, dan rahim yang nyeri jika ditekan, menunjukan keterlibatan korpus uteri.  Penyebaran infeksi ke tuba diikuti oleh gejala-gejala seperti nyeri yang lebih hebat pada kedua belah perut bagian bawah, hipogastrium yang tegang, kavum douglasi  yang nyeri pada palpasi dan demam yang tidak teratur.

Diagnosis

              Hampir semua kasus gonorea akut sekarang dapat di sembuhkan dengan obat-obat antibiotika dan sulfonamid. Prognosis untuk penyembuhan yang sempurna paling baik bila penyakit gonorea hanya terbatas pada urethra, vulva, dan serviks. Infeksi pada genitalia interna pada umumnya sembuh dengan meninggalkan perubahan-perubahan yang permanen.

Pencegahan penyakit gonorea
  Untuk menghindarkan  infeksi gonorea adalah menghindari hubungan seksual di luar perkawinan,  anak – anak muda harus diberi penerangan mengenai bahaya penyakit kelamin dan cara bagaimana mencegah penyakit ini. Koitus di luar perkawinan tanpa kondom harus segera di ikuti dengan memberikan obat-obat yang efektif dalam dosis terapeutik dalam waktu 24 jam.

Terapi

             Setiap orang yang menderita gonorea harus dicurigai menderita sifilis juga, dan pemeriksaan harus diarahkan kesitu.
Terapi pada gonorea akut

  1. Penisillin G-Prokain 4,8 juta satuan intramaskuler masing-masing pada bokong kiri dan kanan di dahului dengan 1 gram probenesid oral.
  2. Ampisillin 3,5 gram oral, ditambah dengan 1 gram probenesid oral
  3. Tetrasiklin 1, 5 gram oral, diikuti oleh 500 mg empat kali sehari selama 4 hari
  4. Spektinomisin, 2 gram intramuskuler adalah terapi yang di anjurkan jika pengobatan dengan penisillin, ampisillin dan tetrasikllin gagal.
             Pada penanganan salpingo-ooforitis akut disebabkan gonokokus harus dipikirkan juga kemungkinan infeksi sekunder oleh kuman-kuman lain. Penanganan
Salpingo-ooforitis ringan dan sedang (temperatur 38 ®C-39®C) gejala-gejala perut bagian bawah tidak seberapa, penyakit pasien kelihatan tidak berat, penderita dinasehatin istirahat baring, dan diberi terapi penisillin G prokain sebanyak 4,8 juta satuan intramuskuler (satu kali pemberian), dengan probenesid 1 gram oral, dan selanjutnya tetrasiklin 500 mg oral, 4 kali sehari  selama sepuluh hari. Ampisilin dapat dipakai jika tidak ada tetrasiklin.
             Salpingo-ooforitis berat (suhu lebih tinggi dari 39®C perasaan nyeri cukup keras pada perut bagian bawah , pasien kelihatan berpenyakit berat) penderita harus dirawat dirumah sakit sebab dia memerlukan pengobatan  yang intesif dan harus diawasi kemungkinan timbulnya komplikasi dan bertambah gawatnya keadaan.

Harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :

  1.  Istirahat di tempat tidur dengan posisi fowler
  2. Makan per oral dibatasiterutama jika timbul nausea dan muntah
  3.  Pemberian infus untuk memperbaiki dehidrasi dan asidosis
  4.  Jika perlu melakukan pengissapan cairan lambung melalui hidung bila lambung kembung
  5. Pemberian penisillin G sebanyak 5-10 juta satuan secara intravena 3 x sehari kg/hari secara intramaskuler, dibagi dalam 3 dosis.  Dengan terapi ini biasanya dalam 24-48 jam keadaan mereda. Dan dapat diberi ampisillin atau tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari selama 10 hari.
  
             Jika sesudah beberapa hari pengobatan keadaan tidak lekas membaik, perlu dipikirkan terjadinya piosalping, abses tubo ovarial, atau abses di kavum douglasi. Pada abses di kavum douglasi perlu dilakukan kolpotomi  posterior, laparatomi eksploratif dilakukan apabila ada kekuatiran bahwa piosalping  atau abses tubo-ovarial memerah. Dari hasil kolpotomi dapat diadakan pemeriksaan tes resistensi  dan kepekaan untuk dapat diberika anti biotika yang benar. Evaluasi yang terus menerus oleh seorang dokter yang berpengalaman adalah penting sekali untuk pengelolaan yang  baik.

 Rujukan

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 297 - 303.

Saifuddin AB,   Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 924-925.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar