PENYAKIT INFEKSI
“GONOREA”
Dalam bagian ini dibicarakan penyakit-penyakit
kelamin klasik dan tuberkulosis genital. Tergolong sebagai penyakit-penyakit
klasik ialah gonorea, sifilis, ulkus molle, granuloma venereum, dan
limfogranuloma inguinale, walaupun sekarang diketahui bahwa ada
penyakit-penyakit lain, yang penularannya terutama terjadi sebagai akibat
hubungan seksual minsalnya infeksi HIV dan AIDS dan lain-lain.
Pada tahun 1879 Neisser menemukan kuman yang
menyebabkan penyakit Gonorea.
Gonorea adalah suatu penyakit kelamin yang
sangat umum, semua infeksi yang
disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae. N. Gonorrhoeae di bawah mikroskop
cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 µm
dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat Gram negatif, tampak di luar dan di
dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat
mati pada keadaan kering, tidak tahan pada suhu di atas 39 ®C, dan tidak tahan
zat desinfektan.
Kuman ini mudah di warnai dengan mentilen biru
alkalis dari loeffler, dengan karbol-fukhsin yang dicairkan, dan dengan pironin
(zat methil-pironin dari panpenheim). Burdo menganjurkan agar-agar darah coklat
yang dipanaskan sebagai medium pembiakan yang baik untuk gonokokus. Gonokokus
adalah parasit yang tidak dapat hidup dalam segala macam keadaan, dan kuman ini
hanya patogen terhadap manusia. Gonokokus menyerang selaput mukosa, terutama
yang mempunyai epitel torak, sendi, endokard, epitel tatah konjunktiva, epitel
vagina pada wanita belum dewasa dan yang tua mudah diserang gonokokus.
Pada tahun 1832 Ricord membuktikan bahwa
gonorea bukan suatu jenis sifilis yang ringan, melainkan suatu penyakit infeksi yang berdiri sendiri dan mempunyai
perbedaan fundamental dari penyakit sifilis.
Penyakit dijumpai di seluruh penjuru dunia.
Diperkirakan bahwa dewasa ini di Amerika Serikat terdapat lebih dari 3 juta
kasus baru tiap tahun. Kejadian penyakit gonorea terutama tergantung pada
banyaknya prostitusi dan kebebasan hubungan seksual di luar perkawinan di
negeri yang bersangkutan.
Patologi
Infeksi genital pada wanita biasanya terjadi
dengan jalan bersetubuh, dan jarang sekali dengan cara lain. Vulvovaginitis
gonoroika pada anak-anak perempuan terjadi lewat tangan, handuk dan sebagainya,
dari orang yang menderita gonorea. Masa inkubasi berbeda-beda yaitu beberapa
jam sampai 2 atau 3 hari.
Urethra, kelenjar skene, kelenjar bartholini
dan servik biasanya adalah bagian dari alat genetal yang pertama-tama kena
infeksi. Pada infeksi mukosa orifisium urethra eksternum dan jaringan
sekitarnya menjadi merah dan membengkak. Nanah dapat dikeluarkan dengan tekanan jari dari atas ke bawah pada
urethra. Kelenjar skene dapat ikut terlibat dan dari salurannya dapat di
keluarkan nanah, pembentukan abses kadang-kadang terjadi. Pada kelenjar skene muaranya dapat
dikelilingi oleh areola yang merah
(makula gonorea dari sanger). Saluran glandula bartholini dapat terkena radang
pula, sedang kelenjar sendiri tidak
selalu ikut serta. Saluran-salurannya dapat tetap terbuka atau hdapt tersumbat
karena pembengkakan dan perlekatan, dan kelenjar dapat berubah menjadi abses.
Abses ini dapat pecah secara spontan atau dapat berubah menjadi kista.
Vagina hanya mudah kena infeksi gonorea pada
anak-anak, pada wanita hamil, dan pada wanita sesudah menopause. Pada wanita
masa reproduksi yang tidak hamil vagina kebal terhadap gonorea oleh karena
epitel tatah yang menebal dan oleh karena kuatnya pertahanan biologiknya.
Gambaran klinik
Gejala klinik infeksi gonorea yang akut adalah
perasaan sakit sewaktu kencing dan sering kencing, gatal pada vulva, sekret
yang purulen dari urethra, kelenjarpara-urethralis, dan kelenjar bartholini dan
sekresi yang mukopurulen dari serviks. Juga dijumpai kasus-kasus dimana
gejal;a-gejalanya sama sekali tidak ada, atau tanda-tanda radang tidak seberapa
menonjol. Rasa nyeri yang tidak seberapa
nyata pada bagian bawah perut, demem yang tidak seberapa tinggi, dan rahim yang
nyeri jika ditekan, menunjukan keterlibatan korpus uteri. Penyebaran infeksi ke tuba diikuti oleh
gejala-gejala seperti nyeri yang lebih hebat pada kedua belah perut bagian
bawah, hipogastrium yang tegang, kavum douglasi
yang nyeri pada palpasi dan demam yang tidak teratur.
Diagnosis
Hampir semua kasus gonorea akut sekarang dapat
di sembuhkan dengan obat-obat antibiotika dan sulfonamid. Prognosis untuk
penyembuhan yang sempurna paling baik bila penyakit gonorea hanya terbatas pada
urethra, vulva, dan serviks. Infeksi pada genitalia interna pada umumnya sembuh
dengan meninggalkan perubahan-perubahan yang permanen.
Pencegahan penyakit gonorea
Untuk menghindarkan infeksi gonorea adalah menghindari hubungan
seksual di luar perkawinan, anak – anak
muda harus diberi penerangan mengenai bahaya penyakit kelamin dan cara bagaimana
mencegah penyakit ini. Koitus di luar perkawinan tanpa kondom harus segera di
ikuti dengan memberikan obat-obat yang efektif dalam dosis terapeutik dalam
waktu 24 jam.
Terapi
Setiap orang yang menderita gonorea harus
dicurigai menderita sifilis juga, dan pemeriksaan harus diarahkan kesitu.
Terapi pada gonorea akut
- Penisillin G-Prokain 4,8 juta satuan intramaskuler masing-masing pada bokong kiri dan kanan di dahului dengan 1 gram probenesid oral.
- Ampisillin 3,5 gram oral, ditambah dengan 1 gram probenesid oral
- Tetrasiklin 1, 5 gram oral, diikuti oleh 500 mg empat kali sehari selama 4 hari
- Spektinomisin, 2 gram intramuskuler adalah terapi yang di anjurkan jika pengobatan dengan penisillin, ampisillin dan tetrasikllin gagal.
Pada
penanganan salpingo-ooforitis akut disebabkan gonokokus harus dipikirkan juga
kemungkinan infeksi sekunder oleh kuman-kuman lain. Penanganan
Salpingo-ooforitis ringan dan sedang
(temperatur 38 ®C-39®C) gejala-gejala perut bagian bawah tidak seberapa, penyakit pasien
kelihatan tidak berat, penderita dinasehatin istirahat baring, dan diberi
terapi penisillin G prokain sebanyak 4,8 juta satuan intramuskuler (satu kali
pemberian), dengan probenesid 1 gram oral, dan selanjutnya tetrasiklin 500 mg
oral, 4 kali sehari selama sepuluh hari.
Ampisilin dapat dipakai jika tidak ada tetrasiklin.
Salpingo-ooforitis berat (suhu lebih tinggi
dari 39®C perasaan nyeri cukup keras pada perut
bagian bawah , pasien kelihatan berpenyakit berat) penderita harus dirawat dirumah
sakit sebab dia memerlukan pengobatan
yang intesif dan harus diawasi kemungkinan timbulnya komplikasi dan
bertambah gawatnya keadaan.
Harus diambil tindakan-tindakan sebagai
berikut :
- Istirahat di tempat tidur dengan posisi fowler
- Makan per oral dibatasiterutama jika timbul nausea dan muntah
- Pemberian infus untuk memperbaiki dehidrasi dan asidosis
- Jika perlu melakukan pengissapan cairan lambung melalui hidung bila lambung kembung
- Pemberian penisillin G sebanyak 5-10 juta satuan secara intravena 3 x sehari kg/hari secara intramaskuler, dibagi dalam 3 dosis. Dengan terapi ini biasanya dalam 24-48 jam keadaan mereda. Dan dapat diberi ampisillin atau tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari selama 10 hari.
Jika sesudah beberapa hari pengobatan keadaan tidak
lekas membaik, perlu dipikirkan terjadinya piosalping, abses tubo ovarial, atau
abses di kavum douglasi. Pada abses di kavum douglasi perlu dilakukan
kolpotomi posterior, laparatomi
eksploratif dilakukan apabila ada kekuatiran bahwa piosalping atau abses tubo-ovarial memerah. Dari hasil
kolpotomi dapat diadakan pemeriksaan tes resistensi dan kepekaan untuk dapat diberika anti
biotika yang benar. Evaluasi yang terus menerus oleh seorang dokter yang
berpengalaman adalah penting sekali untuk pengelolaan yang baik.
Rujukan
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
Ilmu Kandungan. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 297 -
303.
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu
Kebidanan. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008; 924-925.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar